Diduga Kades Suka Beras tidak Menjalankan Tugas Pejabat Fungsional dan Menghina Bendera Merah Putih, untuk Memperkaya diri

Perbaungan, Sergai. Expostnews id. 

LSM Penjara PN Sergai menyoroti maraknya ASN menjadi menjabat merangkap jadi kades Suka Beras Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
Kasus rangkap jabatan yang dilakukan salah satu kades, akhir-akhir ini menjadi sorotan publik. Berbagai pertanyaan muncul mulai dari bagaimana ketentuan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki lebih dari satu jabatan hingga apakah perbuatan tersebut melanggar kode etik PNS?

Kades Suka Beras Risky al-Hadad Marbun SSTP, patut diduga telah menghina Bendera Merah Putih, ketua LSM Penjara PN Timbul Sipayung dan jarang masuk di karnakan kades ini tinggal deli serdang (Tanjung Merawa) sebagai kasipem kecamatan teluk mengkudu pengakuan sekdes Syhabuddin pengakuan kepada Timbul Sipayung,”tuturnya

Ketika awak media konfirmasi, sekira pukul 10:30Wib, selasa (18/02/2025). Kaur Umum Fitri dan Kasi Kesra mengatakan kalau bapak kades bukan ngak masuk tapi bapak itu kekantor camat pinjer dulu baru kesini dan tentang Bendera Merah Putih sudah kami sampaikan itukan wewenang kades,” tuturnya.

Menurut Timbul Sipayung bahwa,
Ombudsman RI pada 2019 mengungkap kasus rangkap jabatan yang di antaranya juga dilakukan Aparatur Sipil Negara (ASN). Komisaris yang berasal dari kementerian terindikasi merangkap jabatan dan selalu memperkaya diri sendiri di karnakan menerima siltap dua baik itu honor kades ataupun sebagai ASN.”tuturnya

“Sambung ketua LSM Penjara PN Timbul Sipayung,” Dalam ketentuan kepegawaian PNS, sebelumnya diatur mengenai rangkap jabatan dalam Pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 menyatakan, Pejabat Fungsional (JF) dilarang rangkap jabatan dengan Jabatan Administrator (JA) dan Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT).

Hal itu dikecualikan untuk JA atau JPT yang kompetensi dan bidang tugas jabatannya sama dan tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi dan bidang tugas JF. Namun, setelah peraturan tersebut diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020, ketentuan mengenai rangkap jabatan tidak lagi diatur. Hal itu kecuali jika tercantum dalam peraturan khusus masing-masing instansi yang ditempati oleh PNS.

Apabila seorang PNS terbukti melanggar ketentuan peraturan khusus dalam instansi, maka ia dinyatakan telah bertindak melanggar etika sebagaimana tercantum dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004. Bunyinya, bahwa PNS memiliki etika dalam bernegara yang meliputi “menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugas.”pungkasnya

Lanjutnya Timbul,”Yang tidak kalah penting adalah bagaimana seorang PNS memegang asas profesionalitas yang kemudian diterjemahkan ke dalam Nilai Dasar ASN yaitu “menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak”. Dalam kondisi PNS rangkap jabatan, maka perlu dipertanyakan bagaimana konsistensi dirinya untuk tetap bersikap profesional. Bukan tidak mungkin akan terjadi Conflict of Interest (CoI) dalam menjalankan tugasnya, apalagi jika jabatan yang ditempati merupakan jabatan strategis dan memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan. Adanya CoI ini juga merupakan salah satu tindakan yang melanggar asas netralitas dalam pengambilan keputusan.

Dalam posisi inilah etika seorang PNS dipertanyakan dan perlu dipertanggungjawabkan, karena sudah selayaknya seorang PNS yang memiliki fungsi sebagai pelayan publik bersikap profesional dan netral. PNS yang terbukti tidak profesional dan tidak netral dalam menjalankan tugasnya dapat dinyatakan melanggar kode etik dan tentu dapat dikatakan sebagai PNS yang tidak beretika.

Saya menduga gimana seorang kades menjalankan tugas tidak mengenal dareah yang dipimpinnya begitu juga warga tidak mengenal pemimpin mereka, bagai mana kades serius membangun desa dan menggunakan anggaran dana desa. Publik dapat turut menjadi agen pengawas dalam kepatuhan kode etik PNS tersebut. Jika didapati PNS diduga melanggar kode etik, maka dapat dilaporkan kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan/atau kepada inspektorat masing-masing instansi. Jika dugaan pelanggaran kode etik dimaksud terbukti, maka PNS tersebut selain dijatuhkan sanksi moral dapat dijatuhkan tindakan administratif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.”tutupnya (tim/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *