Pematangsiantar, |Exoostnews.id
Pelantikan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Toga Aritonang Pematang Siantar dan sekitarnya dipenuhi haru, tawa, dan semangat kebersamaan. Pelantikan pengurus baru periode 2025–2030 bukan sekadar seremonial organisasi, tetapi juga menjadi simbol rasa kekeluargaan yang tiada batasnya di antara seluruh keturunan marga Aritonang, baik di Siantar maupun di seluruh penjuru dunia, di Aula Sugiono, D/A Asrama Brimob Kompi 2B Pematangsiantar, Sabtu (25/10/2025).
Acara dimulai menyanyikan Indonesia Raya, dan Mars Toga Aritonang selanjutnya pelantikan resmi oleh Ir. Kompi Aritonang, Ketua DPD Sumatera Utara, kepada Ramlan Aritonang SPd sebagai Ketua DPC terpilih. Dalam prosesi sakral itu, satu per satu pengurus menerima stola berlogo Toga Aritonang—kain tanda kebesaran dan pengikat persaudaraan yang melambangkan komitmen untuk menjaga marwah marga Aritonang.
Simbol Persaudaraan dalam Jas dan Ulos Kebesaran
Usai penyerahan stola, suasana semakin hangat ketika Uniform atau jas resmi Toga Aritonang dikenakan kepada para pengurus terpilih. Diiringi tabuhan Gondang Batak yang menggema, tepuk tangan dan sorak sukacita mewarnai ruangan. Suara gondang seakan memanggil semangat leluhur, menegaskan bahwa pelantikan ini bukan sekadar pengukuhan jabatan, melainkan pemersatu hati dalam satu darah dan satu nama besar: Aritonang.
Ketua Harian DPP Toga Aritonang se-Indonesia Brigjen TNI (P) Hasudungan Aritonang dalam sambutannya menyampaikan, DPD Toga Aritonang sungguh luar biasa dimana DPC-DPC yang sudag terbentuk di daerah Sumatera Utara sudah mumpuni dan layak di apresiasi oleh Dewan Pimpinan Pusat, semoga kedepan kabupaten/kota yng lain menyusul. Tetap semangat dan selalu kompak, Aritonang tidak kemana-mana namun ada dimana-mana, ucapnya.
Selanjutnya, Ketua DPD Toga Aritonang Sumatera Utara, Ir. Kompi Aritonang, menegaskan pentingnya solidaritas dan kekompakan pengurus.
“Kemistrian dalam organisasi akan membuahkan hasil yang baik,” ujarnya penuh makna, mengutip umpasa Batak yang berarti, “Bekerjalah bersama dalam kasih, agar nama baik kita tetap harum seperti kata orang tua: tampaklah ketajaman karena kekuatan yang berpadu.”
Ulos, Doa, dan Janji untuk Toga Aritonang
Momen paling mengharukan hadir saat Ulos Kebesaran disematkan kepada Ketua DPC terpilih oleh para pengurus DPD dan DPC lainnya. Gondang kembali mengalun, seolah menjadi doa dan restu agar setiap langkah mereka diberkati Tuhan.
Dengan suara bergetar, Ramlan Aritonang Spd menyampaikan janjinya di hadapan seluruh hadirin:
“Saya berjanji akan berjuang untuk mengembangkan dan melebarkan Bendera Pataka Toga Aritonang DPC Siantar dengan segenap hati, bersama rekan-rekan di wilayah Siantar.”
Tak hanya janji, tetapi juga doa dipanjatkan bersama.
“Ale Tuhan Debata parasiroha, rodohami tujolom ditikkion, pasu-pasu hami on jala urasi,”
yang berarti, “Ya Tuhan, dengan rahmat-Mu, kami datang kepada-Mu saat ini. Berkati dan satukan kami.”
Doa itu menggema di ruangan, menghadirkan suasana hening dan haru. Banyak yang menunduk, menyeka air mata, menyadari betapa kuatnya makna kebersamaan dalam adat dan keimanan.
Menjunjung Adat, Merajut Harmoni
Pelantikan ini juga menegaskan pesan luhur adat Batak yang dijunjung tinggi dalam keluarga besar Toga Aritonang:
“Somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu.”
Sebuah pengingat bahwa menghormati orang tua, menantu, dan sesama saudara sedarah adalah fondasi utama kehidupan bermasyarakat.
“Ikkon ingot dohita sude tonanai,” ucap salah satu sesepuh, yang berarti “Kita harus ingat semua pesan ini.”
“Bahen ma saroha dohot naso gogom, asa uli sonang denggan jala une, molo rap sahundulan namarhaha anggi,”
diterjemahkan menjadi “Bersatulah dengan hati yang tulus agar hidup bahagia dan damai jika kita berkumpul sebagai saudara.”
Penutup: Aritonang Sada, Sada Aritonang, Aritonang Horas,,,Horas,,,Horas, (Satu Nama, Satu Hati)
Pelantikan DPC Toga Aritonang Pematang Siantar bukan hanya menandai awal masa bakti baru, tetapi juga menjadi momentum menguatkan ikatan kekerabatan. Di balik gemuruh Gondang dan simbol adat, tersimpan makna mendalam tentang cinta terhadap keluarga, adat, dan Tanah Batak.
Malam itu, di tengah cahaya lampu yang lembut, setiap senyum dan pelukan menjadi saksi bahwa persaudaraan Aritonang bukan sekadar nama, tetapi jiwa yang hidup dalam setiap generasi.
Bastian













